Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kematian Babi di Kabupaten Dairi Diduga Serangan Virus ASF

Friday, December 13, 2019 | 6:16 PM WIB | 0 Views Last Updated 2019-12-14T08:30:59Z



DAIRI (Topsumut.co)  Ribuan  babi peliharaan warga tiba- tiba  mati  secara mendadak di Kabupaten Dairi, ternyata  diduga adanya indikasi African Swine Fiber (ASF).

Hal ini dikatakan Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas  Pertanian Kabupaten Dairi, Jhon Manurung, S.Pt kepada wartawan Topsumut.co, Jumat (13/12/2019) di Ruangan Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Dairi.

Sebagai mana diketahui hingga sampai 10 Desember 2019 sebanyak 5547 ekor ternak babi di Kabupaten Dairi telah mati secara mendadak.

"Kalau selama ini, penyebab kematian ternak babi disebut-sebut diakibatkan oleh virus hog cholera  namun kini sekitar 80 % diduga sudah mengarah ke ASF. Namun karena belum ada hasil dari Balai Veteriner Medan, kami tidak bisa menjawab secara pasti," ujar Jhon Manurung.

Menurutnya, untuk membuktikan adanya Deman Babi Afrika (ASF) maka harus dlakukan uji laboratorium berkali-kali, dan hasilnya disampaikan oleh atasan.

Dalam hal ini, Balai Veteriner Medan melaporkan hasil uji laboratorium ke Direktur Jenderal Penyakit dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.

"Virus ASF belum pernah ada di Indonesia, serangannya cepat dan sistemik," ungkapnya.

Terkaitnya kekhwatiran konsumen untuk makan daging babi, Jhon Manurung mengatakan  bahwa babi yang terserang Demam Babi Afrika masih bisa dikonsumsi.

Namun setelah dimasak dengan suhu 100 derajat celcius. "Daging Babi  masih bisa dikonsumsi, karena tidak zoonosis, tidak menular kepada manusia, tapi babi ke babi," sebutnya.

Ketika dipertanyakan sudah sejauh mana antisipasi  dalam menghadapi masalah Babi tersebut, Jhon Manurung mengatakan bahwa mereka  tetap melakukan penyuluhan - penyuluhan.

Untuk menghindari penyebaran lebih luas, perlakuan di lapangan harus mengikuti standar Demam Babi Afrika. Pertama, masyarakat tidak membeli ternak babi yang harganya murah.

Kedua, masyarakat harus menerapkan bio sekuriti, yakni tidak saling menjenguk ternak yang sakit. Ketiga, bangkai babi tidak dibuang ke sungai atau ke hutan, melainkan dikubur.

"Selain itu, perlu dilakukan pengetatan lalu lintas ternak dan menjaga sanitasi kandang dan kebersihan kandang," tuturnya.

(Nining S. Kaloko)
×
Berita Terbaru Update